Berkatalah yang baik, atau lebih baik diam, hati-hati memahaminya
Isa Alamsyah
Kemarin saya menulis status "Berkatalah yang baik, atau lebih baik diam" dan mendapatkan respon serta tanggapan positif beragam.
Salah satunya ada yang bertanya, Apakah ini berarti "Diam itu emas"?
Nah apakah Anda setuju diam itu emas?
Tentu saja tergantung keadaaan.
Kalau kita buat skor 0 - 3, diam itu skornya cuma antara 0 sampai 1 saja karena ada yang lebih tinggi nilainya dari diam yaitu berkata baik dan ada yang lebih tinggi dari berkata baik yaitu ACTION baik/ positif.
Yang lebih buruk dari diam adalah berkata buruk dan di bawah berkata buruk ada lagi yaitu action buruk.
kalau dibuat tabel mungkin bisa seperti ini
Level tertinggi skornya 3: Action (mengubah keadaan menjadi lebih baik dengan tangan atau perbuatan).
Level kedua tertinggi skornya 2: Suggesting/ warning (mengubah keadaan menjadi lebih baik dengan lisan).
Level kesatu skornya 1: Diam tapi dalam hati menyimpan amarah atau dendam positif untuk mengubah.
Level nol skornya 0: Diam sama sekali tidak ada reaksi, pasrah (iklas bukan pada tempatnya - iklas pada keburukan).
Level minus 1: Diam tapi hati diam tapi setuju dengan keburukan (pro keburukan).
Level minus 2: Menggunakan lisan untuk keburukan (Nah di level inilah kata kata "Berkatalah yang baik atau lebih baik diam" bisa diaplikasikan.
Level minus 3 (terndah): Berbuat buruk, mendukung keburukan atau menjadi agen keburukan.
Cukup jelas kan?
Nah bagaimana praktek di lapangan?
Apakah Anda pernah pergi ke Mal besar yang musholahnya kecil, terpencil sehingga sholat bersedak-desakan?Jika semua pengunjung diam tidak ada yang protes ke manajemen maka Mal tersebut tidak akan memperbaiki fasilitas musholah.
Tapi kalau setiap pengunjung setelah sholat komplain, minimal manajemen mal berpikir untuk memperbaiki fasilitas.
Sayangnya sebagian besar pengunjungan hanya diam. Diam seperti ini yang namanya iklas bukan pada tempatnya, sabar yang melenceng penerapannya.
Kadang juga ada status yang cukup menggugah di facebook.
Ramai orang berkomentar memberi dukungan dan semangat.
Tapi tiba-tiba ada yang berkomentar pedas atau memberi omongan jorok merusak suasana, nah ini termasuk yang "lebih baik tidak usah komentar daripada merusak suasana"
Bicara tanpa ilmu juga berbahaya.
Sudah dengar kejadian Miss Universe tutup account twitternya?
Dia bilang mari berdoa untuk Korea, semoga kedua negara di Cina ini bisa damai.
Dia dicaci karena tidak tahu Korea itu dua negara yang berbeda dan bukan di Cina.
Bayangkan hal baik saja bisa jadi masalah.
Miss Universe itu malu dan tutup twitternya.
Yang terpenting sekarang adalah, di mana Anda ingin menempatkan diri.
Ketika melihat keburukan Anda pilih diam, pasrah?
Atau pilih berbicara atau menulis untuk perbaikan?
Atau pilih action positif dengan power yang Anda punya?Jika diam itu emas, maka berbicara baik mungkin mutiara, dan action positif adalah DIAMOND.
0 comments :
Post a Comment